Bioetanol

Bioetanol adalah etanol (alkohol) yang dihasilkan dari fermentasi bahan organik seperti tebu, jagung, singkong, dan biomassa lainnya.

Jenis-Jenis Bioetanol

  • Generasi pertama: berbasis tanaman pangan seperti tebu, jagung, gandum, dan singkong.
  • Generasi kedua: berbasis bahan non-pangan seperti jerami, batang tebu (bagasse), kayu, dan rumput-rumputan yang mengandung selulosa.​
  • Generasi ketiga: menggunakan mikroalga yang mampu menghasilkan etanol langsung tanpa pemanenan biomassa

Bahan Baku Bioetanol

Tebu

  • Bahan baku etanol biasanya berasal dari tetes tebu (molase), produk samping penggilingan gula. Namun, produksi molase belum mencukupi untuk kebutuhan industri energi besar karena sebagian besar masih diserap industri non-energi seperti farmasi dan pakan.
  • Indonesia belum swasembada gula pada tahun 2025. Produksi dalam negeri baru mampu memenuhi sekitar 30–35 persen dari kebutuhan nasional yang mencapai 7–9 juta ton per tahun, sehingga negara masih sangat bergantung pada impor untuk menutup kekurangan pasokan.

Jagung

  • Proses pembuatan etanol dari jagung  jauh lebih rumit dibanding dengan tebu.
  • Indonesia sudah berada pada tahap surplus produksi nasional dan sangat dekat mencapai swasembada penuh.

Singkong

  • Meskipun Indonesia termasuk lima besar produsen singkong dunia, impor masih dilakukan dalam jumlah besar. Tahun 2024, volume impor singkong melonjak lebih dari 800 persen dibanding 2023, sementara impor tepung tapioka pada 2024 mencapai lebih dari 300 juta kilogram, dan pada 2025 hingga April masih mencapai hampir 146 juta kilogram.
  • Proses pembuatan etanol dari singkong lebih sulit dibanding dengan tebu dan lebih mudah dibanding jagung.

Kelapa Sawit (limbah)

  • Bahan baku melimah dan murah
  • Bahan utama yang digunakan mencakup tandan kosong kelapa sawit (TKKS), batang pohon sawit hasil replanting, dan sabut buah sawit yang kaya lignoselulosa.
  • Proses pembuatan etanol lebih menantang dibanding dengan bahan berpati (seperti singkong atau tebu).
  • Tidak bersaing dengan pangan

Mikroalga

  • Proses produksi yang jauh lebih kompleks
  • Biaya budidaya sangat tinggi
  • Teknologi masih dalam tahap penelitian
  • Potensi  besar dari sisi produktivitas dan keberlanjutan
  • Tidak bersaing dengan pangan

Analisis Teknoekonomi Bioetanol

Dari analisis teknoekonomi nasional, urutan kelayakan bahan baku bioetanol di Indonesia adalah:

  1. limbah kelapa sawit (generasi 2)
  2. tebu (generasi 1)
  3. singkong (generasi 1)
  4. jagung (generasi 1)
  5. mikroalga (generasi 3)

Perbandingan Biaya dan Aspek Ekonomi

Bahan Baku Estimasi Biaya Produksi Bioetanol (Rp/liter) Keunggulan Utama Kendala Utama Keterangan Ekonomi
Limbah batang kelapa sawit ±7.000 (dengan subsidi ±6.700) Tidak bersaing dengan pangan, bahan baku limbah melimpah Butuh investasi awal tinggi untuk infrastruktur selulosa etanol Paling ekonomis secara jangka panjang
Singkong 3.400–4.000 Teknologi sederhana, bahan baku mudah didapat Harga bahan pangan fluktuatif Layak secara finansial: IRR 23,77%, Net B/C 1,55
Tebu (molase) 7.600–11.800 (MESP dari studi internasional) Infrastruktur eksisting (industri gula) Bergantung musim, bersaing dengan kebutuhan gula Menengah secara ekonomi
Jagung Lebih tinggi dari tebu (bahan baku 57% biaya total) Produksi bioetanol konvensional mudah Bersaing dengan pangan, biaya bahan baku tinggi Kurang efisien secara ekonomi
Mikroalga Tertinggi (biaya biomassa ±64% total biaya) Tidak perlu lahan pertanian Produksi biomassa dan ekstraksi energi masih mahal Jauh lebih mahal dari bahan darat

Bioetanol Fuel Grade

Perbedaan Bioetanol dan Bioetanol Fuel Grade

Perbedaan utama antara bioetanol biasa dan bioetanol fuel grade (FGE) terletak pada tingkat kemurnian etanol dan tujuan penggunaannya.

Tingkat Kemurnian dan Grade Bioetanol

Berdasarkan standar industri, etanol dibedakan menjadi tiga kategori utama :​

Jenis Bioetanol Kadar Etanol (% v/v) Penggunaan Utama
Bioetanol industri 90–94 Bahan baku kimia, farmasi, kosmetik
Bioetanol netral 96–99,5 Minuman keras, farmasi, kosmetik
Bioetanol fuel grade (FGE) ≥99,5 (anhydrous alcohol) Bahan bakar kendaraan atau campuran bensin
Etanol fuel grade disebut anhydrous ethanol karena hampir bebas air (kadar air ≤0,5%). Kemurnian tinggi ini penting agar tidak menyebabkan masalah performa mesin akibat kandungan air

Fungsi Bioetanol Fuel Grade

Bioetanol fuel grade digunakan dalam bahan bakar seperti E10, E85, atau E100, yang menunjukkan persentase campuran bioetanol dengan bensin. Etanol murni memiliki nilai oktan tinggi (RON 106–129), sehingga berfungsi sebagai octane booster dalam campuran bensin, meningkatkan efisiensi dan menurunkan emisi polutan.

Bioetanol dan kebijakan pemerintah indonesia

Dasar hukum utama pengembangan bioetanol adalah Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel). Selain itu, Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Tahun 2025 memperluas pengaturan pengusahaan dan pemanfaatan biofuel, termasuk bioetanol, mencakup produksi, distribusi, serta insentif bagi pelaku industri energi terbarukan.

Program bioetanol pertama kali diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2022 melalui proyek Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi di Mojokerto, Jawa Timur, yang menargetkan peningkatan kadar etanol dalam BBM dari E5 hingga E20 secara bertahap.​ Saat ini, implementasi awal dilakukan melalui produk Pertamax Green 95, yang mengandung campuran E5 (5% etanol). Penerapan bioetanol 10 persen (E10) dalam bensin direncanakan mulai berlaku secara nasional pada tahun 2027.

Perusahaan Produsen Bioetanol Utama

Nama Perusahaan Lokasi Keterangan Utama
PT Energi Agro Nusantara (Enero) Mojokerto, Jawa Timur Anak usaha PTPN X; kapasitas 100 KL/hari atau ±30.000 KL/tahun; salah satu dari dua produsen denganfuel-grade bioethanolyang dipasok ke Pertamina .
PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) Holding PTPN III (Persero) Subholding gula PTPN Grup; memproyeksikan produksi 34.500 KL/tahun; mengembangkan empat pabrik baru bersama Pertamina . Induk dari PT Energi Agro Nusantara (Enero)
PT Pertamina (Persero) melalui PNRE berbagai lokasi (termasuk Glenmore & Merauke) Bekerja sama dengan PTPN untuk membangun pabrik bioetanol di pabrik gula eksisting dan KEK Merauke .
PT Indo Acidatama Tbk Surakarta, Jawa Tengah Produsen bioetanol berbasis tetes tebu; juga menjualfood-grade ethanol .
PT Molindo Raya Industrial Malang, Jawa Timur Produsenfood-grade ethanoldan CO₂ cair terbesar di Indonesia; ekspor ke berbagai negara .
PT Lampung Distillery Lampung Produsen bioetanol skala besar berbasis molasses .
PTPN Holding Group (melalui unit di Cirebon, Jombang, Lamongan, dan Bone) Pulau Jawa & Sulawesi Selatan Mengoperasikan sejumlah pabrik bioetanol terintegrasi dengan pabrik gula .

Hanya PT Indo Acidatama Tbk yang belum memproduksi bioetanol standar fuel-grade ethanol.

Perusahaan yang pernah memproduksi bioetanol fuel grade namun sekarang telah tutup:

  1. PT Indomining (grup TOBA), tutup karena kekurangan bahan baku singkong.
  2. PT Medco Ethanol Lampung (grup Medco), tutup karena kekurangan bahan baku singkong.